Pertentangan-Pertentangan Sosial dan Integrasi Masarakat

a. Latar belakang pertentangan-pertentangan sosial

Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik antara dihubungkan dengan menghubungkan antara individu-individu dengan kelompok atau dengan golongan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan menerima. Ikatan berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuatnya bersama diantara para anggotanya menjadikan alat pengontrol agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu. Rasa solider, toleransi, tenggang rasa, tepa selira adalah bukti kuatnya ikatan itu. Pada setiap diri anggota terkandung makna adanya saling ikut merasakan dan saling bertanggungjawab. Tetapi disamping adanya suatu harmonisasi, disisi lain keadaan akan menjadi sebaliknya. Bukan harmonisasi ditemukan, tetapi disharmonisasi. Bukan keadaan berorganisasi tetapi disorganisasi.

Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Indiviu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial atau akan merasa puas jika terpenuhi kepentingannya atau keadaan menjadi sebaliknya bagi kelangsungan hidup itndividu itu sendiri. Sering kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi tertentu, diwarnai oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi juga didapati perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui pertentangan-pertentangan. Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas. Kenyataan kenyataan seperti itu menunjukan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama dalam tinjauan konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya dari kenyataan itu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda antara pemerintah dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi.

b. Pertentangan-Pertentangan sosial atau ketegangan dalam masyarakat

Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang luas yaitu masyarakat.

Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari yang biasa dibayangkan orang-orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan cirri-ciri dari situasi konflik yaitu :

1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik

2. Unti-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan

3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.

Adapun cara pemecahan konflik adalah sebagai berikut :

1. Elimination yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik

2. subjugationn atau domination artinya pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa pihak lain  untuk mengalah dan menaatinya.

3. Majority rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting

4. Minority consent artinya kelompok mayoritas yang menang namun kelompok minortas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta dapat sepakat untuk melakukan kegiatan bersama.

5. Compromise artinya semua kelompok yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah

6.Intergration yaitu ppendapat-pendapat yang bertentangna didiskusikan

c. Prasangka, Diskriminasi dan Ethnosentrisme

Prasangka (prejudice) yaitu anggapan buruk seseorang terhadap sesuatu dengan atau tanpa kritik terlebih dahulu. Prasangka menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan diskriminasi pada tindakan.

Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia bertindak atau beringkah laku. Jadi prasangka merupakan kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbulah suatu tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prasangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjukkan pada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan. Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, bisa saja seseorang bertindak diskriminatof tanpa latar belakang prasangka. Demikian juga sebaliknya seseorang yang berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif.

Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :

1. berlatar belakang sejarah

2. dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional

3. bersumber dari factor kepribadian

4. berlatang belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama


Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi

1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi

2. Perluasan kesempatan belajar

3. Sikap terbuka dan sikap lapang

Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.

d. Integrasi Masyarakat, Sosial dan Nasional

Integrasi masyarakat yaitu adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan, berupa adanya norma dan nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini yang terjadi adalah kerja sama, akomodasi, asimilasi dan dengan hal ini pula dapat mengurangi sikap-sikap prasangka di antara anggota masyarakat secara keseluruhan.

Integrasi masyarakat yang merupakan dasar latar belakang dari integrasi sosial dan nasional akan terwujud apabila masyarakat sebagai pelaku utama mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat itu sendiri atau sekitarnya, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan pihak-pihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu untuk mewujudkan integrasi bangsa pada bangsa yang majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka.

Perlu dicari beberapa bentuk akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai akibat dari prasangka dan mewujudkan suatau integrasi, yaitu melalui empat sistem, diantaranya ialah :

1. Sistem budaya seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945

2. Sistem sosial seperti kolektiva-kolektiva sosial dalam segala bidang

3. sistem kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan (persepsi), perasaan (cathexis), pola-pola penilaian yang dianggap pola-pola keindonesiaan.

4. Sistem Organik jasmaniah, di mana nasionalime tidak didasarkan atas persamaan ras

Menghadapi masalah integrasi sebernanya tidak memiliki kunci yang pasti karena masalah yang dialami atau dihadapi berbeda latar belakang. Untuk mengurangi prasangka serta mewujudkan suatu integrasi , keempat sistem itu harus dibina, dikembangkan dan diperkuat sehingga perwujudan nasionalisme dapat tercapai.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mipmapping

game engine

pemuda